Salah satu hal yang paling sulit dilakukan banyak manusia adalah bersyukur, pun begitu saya. Di zaman-yang apa-apa harus diposting- ini membuat manusia terlalu sibuk memikirkan hidup manusia lain dan sibuk menjadi manusia lain itu sendiri. Tapi, Allah selalu memberikan pelajaran kepada saya juga kamu untuk selalu bersyukur. Seperti yang saya alami;
1.
Setahun terakhir sudah ada tiga keluarga yang menempati rumah itu; dua rumah setelah rumah saya. Entah dengan alasan apa orang-orang suka berpindah kemanapun yang ia sukai, apa mereka susah menemukan kenyamanan?. Entah lah, bukan itu yang ingin saya bahas. Saya ingin membahas keluarga ketiga yang menempati rumah itu.
Sudah 4 bulan mereka menempati rumah kontrakan itu yang hanya mempunyai 2 ruang; untuk tidur dan mandi. Mereka perempuan; seorang bertugas menjadi ibu sekaligus ayah, lalu dua orang perempuan dewasa; anak sang ibu. Saya bukanlah orang yang pandai berbasa-basi, sesekali saya sapa mereka, sesekali tidak. Sampai kemarin siang saya tidak tahu nama mereka.
Setiap kali saya mau pergi bekerja, ataupun keluar rumah, pasti selalu melewati rumah itu. Desember lalu, sudah dua minggu saya melihat pintu rumah itu tertutup rapat dan gelap. Fikir saya, mungkin mereka sedang merayakan natal, karna mereka seorang nasrani. Saat itu saya sangat tidak peduli kemana mereka pergi, toh itu bukan urusan saya.
Hari itu; awal Januari, saya kembali bekerja, seperti biasa ditemani dengan Brown-motor matic saya. Rumah itu terlihat sudah berpenghuni, pintunya terbuka. Seorang perempuan sedang duduk dibangku plastik berwarna merah. Wajahnya pucat agak bengkak, matanya memandang kosong kearah matahari yang menyengat hangat, kepalanya gundul dan ada bekas jaitan sekitar 10-15 cm dibagian kiri. Terakhir, saya melihat perempuan-yang namanya baru saya tahu kemarin sore, Devi- itu masih dengan rambut panjangnya dan sehat.
Betapa terkejutnya saya ketika saya tanyakan kepada ibu saya ternyata perempuan itu mengidap kanker otak.
Kanker; penyakit yang membuat manusia menyerahkan hidupnya pada ke-putus-asa-an dan ke-mati-an. Tapi saya tidak melihat hal itu dimatanya. Dia mempunyai hati yang kuat.
Percayalah, kamu juga.
2.
Kabar berikutnya datang dari beberapa orang yang saya temui dijalan, para pedangang asongan misalnya, mereka memiliki kaki yang kuat untuk lari ketika ada petugas Pol-PP yang datang. Apakah di Indonesia, berdagang termasuk tindak kriminal?.
Lalu, ibu-ibu diusia 80 tahun masih menjual air mineral botol di depan kantor saya demi mengisi perutnya yang lapar. Para anak kecil yang berkelahi dengan bisingnya bis kota demi mimpi mempunyai sepeda dan sepatu baru.
Atau sekumpulan kupu-kupu malam yang menunggu lelaki berdasi untuk menjamahnya kemudian memberikan uang demi bertahan hidup dan berkecukupan.
. . .
Lihatlah, betapa beruntungnya saya dan kalian yang sampai saat ini masih bisa bernafas dengan bebas dan memiliki hidup lebih beruntung dari mereka.
And the lessons that we can learn is. . .
Jakarta, 27 Februari 2017
1.
Setahun terakhir sudah ada tiga keluarga yang menempati rumah itu; dua rumah setelah rumah saya. Entah dengan alasan apa orang-orang suka berpindah kemanapun yang ia sukai, apa mereka susah menemukan kenyamanan?. Entah lah, bukan itu yang ingin saya bahas. Saya ingin membahas keluarga ketiga yang menempati rumah itu.
Sudah 4 bulan mereka menempati rumah kontrakan itu yang hanya mempunyai 2 ruang; untuk tidur dan mandi. Mereka perempuan; seorang bertugas menjadi ibu sekaligus ayah, lalu dua orang perempuan dewasa; anak sang ibu. Saya bukanlah orang yang pandai berbasa-basi, sesekali saya sapa mereka, sesekali tidak. Sampai kemarin siang saya tidak tahu nama mereka.
Setiap kali saya mau pergi bekerja, ataupun keluar rumah, pasti selalu melewati rumah itu. Desember lalu, sudah dua minggu saya melihat pintu rumah itu tertutup rapat dan gelap. Fikir saya, mungkin mereka sedang merayakan natal, karna mereka seorang nasrani. Saat itu saya sangat tidak peduli kemana mereka pergi, toh itu bukan urusan saya.
Hari itu; awal Januari, saya kembali bekerja, seperti biasa ditemani dengan Brown-motor matic saya. Rumah itu terlihat sudah berpenghuni, pintunya terbuka. Seorang perempuan sedang duduk dibangku plastik berwarna merah. Wajahnya pucat agak bengkak, matanya memandang kosong kearah matahari yang menyengat hangat, kepalanya gundul dan ada bekas jaitan sekitar 10-15 cm dibagian kiri. Terakhir, saya melihat perempuan-yang namanya baru saya tahu kemarin sore, Devi- itu masih dengan rambut panjangnya dan sehat.
Betapa terkejutnya saya ketika saya tanyakan kepada ibu saya ternyata perempuan itu mengidap kanker otak.
Kanker; penyakit yang membuat manusia menyerahkan hidupnya pada ke-putus-asa-an dan ke-mati-an. Tapi saya tidak melihat hal itu dimatanya. Dia mempunyai hati yang kuat.
Percayalah, kamu juga.
2.
Kabar berikutnya datang dari beberapa orang yang saya temui dijalan, para pedangang asongan misalnya, mereka memiliki kaki yang kuat untuk lari ketika ada petugas Pol-PP yang datang. Apakah di Indonesia, berdagang termasuk tindak kriminal?.
Lalu, ibu-ibu diusia 80 tahun masih menjual air mineral botol di depan kantor saya demi mengisi perutnya yang lapar. Para anak kecil yang berkelahi dengan bisingnya bis kota demi mimpi mempunyai sepeda dan sepatu baru.
Atau sekumpulan kupu-kupu malam yang menunggu lelaki berdasi untuk menjamahnya kemudian memberikan uang demi bertahan hidup dan berkecukupan.
. . .
Lihatlah, betapa beruntungnya saya dan kalian yang sampai saat ini masih bisa bernafas dengan bebas dan memiliki hidup lebih beruntung dari mereka.
And the lessons that we can learn is. . .
Kebahagiaan bukan tentang memiliki apa yang kamu inginkan, kekayaan, juga fisik yang sempurna. Bahagia adalah pilihan. Apakah kita mau percaya atau tidak, kita lah yang bertanggung jawab akan kebahagiaan kita sendiri. Saya telah bertemu dengan banyak orang yang memiliki hak untuk merasa tertekan atau marah tentang kehidupan yang mereka alami tapi mereka memilih untuk bahagia. Mereka memilih untuk melihat apa yang mereka punya bukan apa yang orang lain miliki. Kamu bisa menjalani hidup mu dengan baik dengan bersyukur atau dengan mulai menghargai apapun yang ada dihidup kamu sebelum mereka hilang. Untuk membuat bahagia menjadi pilihan, kamu bisa lakukan setiap saat, kapanpun. Mungkin akan ada hari-hari sulit daripada hari-hari sebelumnya, namun jika kamu melihatnya dengan jelas kamu akan menemukan cahaya bahkan dalam kegelapan sekalipun, dan kamu akan tersadar bahwa kamu lebih besar daripada malam dan segala ketakutan yang ada. :)
Jakarta, 27 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar