Angin Desember

Aku hidup bersama puisi-puisi yang kuciptakan dengan tangan dan angan.
Bersama irama sendu dan malam kelabu.
Kepalaku ramai dengan kata-kata.
Mereka menggali lubang-lubang di otak kananku.
Berdiam dan menciptakan sarang sebelum lahir menjadi sebuah kalimat di buku harianku dengan tinta biru.

Namun, sudah lebih dari sewindu puisiku berdebu.
Kata berhenti menciptakan sarang, kepalaku sepi, puisiku halu.

Sampai pada tahun yang akhir, angin desember memberi salam.
Menghantarkan kau, tuan bermata teduh.
Bagaimana bisa kau beri nafas pada sesuatu yang mati?
Bagaimana bisa kau lebih hidup dari puisi?

Jakarta,
Selasa sore. Jul 11, 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar